Jumat, 24 September 2010

tugas

PROFIL MASJID ISTIQLAL JAKARTA

PAPER

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
mengikuti Ujian Akhir Nasional ( UAN ) 2010 / 2011
MAN Tambak Beras Jombang











Disusun oleh :
Ika Yunistria Wulandhari
Nomor Induk : 20283


Pembimbing :
Efi Fadlillah, M.Pd.

JURUSAN BAHASA





MADRASAH ALIYAH NEGERI ( MAN )
TAMBAKBERAS JOMBANG
TAHUN 2010

Kamis, 26 Agustus 2010

msjd istqlql

MASJID ISTIQLAL Jakarta

Masjid Istqlal

Masjid Istiqlal (foto: arie saksono)

SEJARAH MASJID ISTIQLAL

Pada tahun 1953 beberapa ulama mencetuskan ide untuk mendirikan masjid megah yang akan menjadi kebanggaan warga Jakarta sebagai ibukota dan juga rakyat Indonesia secara keseluruhan. Mereka adalah KH. Wahid Hasyim, Menteri Agama RI pertama, yang melontarkan ide pembangunan masjid itu bersama-sama dengan H. Agus Salim, Anwar Tjokroaminoto dan Ir. Sofwan beserta sekitar 200-an orang tokoh Islam pimpinan KH. Taufiqorrahman. Ide itu kemudian diwujudkan dengan membentuk Yayasan Masjid Istiqlal.

Pada tanggal 7 Desember 1954 didirikan yayasan Masjid Istiqlal yang diketuai oleh H. Tjokroaminoto untuk mewujudkan ide pembangunan masjid nasional tersebut. Gedung Deca Park di Lapangan Merdeka (kini Jalan Medan Merdeka Utara di Taman Museum Nasional), menjadi saksi bisu atas dibentuknya Yayasan Masjid Istiqlal. Nama Istiqlal diambil dari bahasa Arab yang berarti Merdeka sebagai simbol dari rasa syukur bangsa Indonesia atas kemerdekaan yang diberikan oleh Allah SAW. Presiden pertama RI Soekarno menyambut baik ide tersebut dan mendukung berdirinya yayasan masjid Istiqlal dan kemudian membentuk Panitia Pembangunan Masjid Istiqlal (PPMI).

Penentuan Lokasi Masjid Istiqlal

Penentuan lokasi masjid sempat menimbulkan perdebatan antara Bung Karno dan Bung Hatta yang pada saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden RI. Bung Karno mengusulkan lokasi di atas bekas benteng Belanda Frederick Hendrik dengan Taman Wilhelmina yang dibangun oleh Gubernur Jenderal Van Den Bosch pada tahun 1834 yang terletak di antara Jalan Perwira, Jalan Lapangan Banteng, Jalan Katedral dan Jalan Veteran. Sementara Bung Hatta mengusulkan lokasi pembangunan masjid terletak di tengah-tengah umatnya yaitu di Jalan Thamrin yang pada saat itu disekitarnya banyak dikelilingi kampung, selain itu ia juga menganggap pembongkaran benteng Belanda tersebut akan memakan dana yang tidak sedikit. Namun akhirnya Presiden Soekarno memutuskan untuk membangun di lahan bekas benteng Belanda, karena di seberangnya telah berdiri gereja Kathedral dengan tujuan untuk memperlihatkan kerukunan dan keharmonisan kehidupan beragama di Indonesia.

Sayembara Desain Masjid Istiqlal

Setahun sebelumnya, Ir. Soekarno menyanggupi untuk membantu pembangunan masjid, bahkan memimpin sendiri penjurian sayembara desain maket masjid. Setelah melalui beberapa kali sidang, di Istana Negara dan Istana Bogor, dewan juri yang terdiri dari Prof.Ir. Rooseno, Ir.H. Djuanda, Prof.Ir. Suwardi, Hamka, H. Abubakar Aceh, dan Oemar Husein Amin.

Pada tahun 1955 Panitia Pembangunan Masjid Istiqlal mengadakan sayembara rancangan gambar atau arsitektur masjid Istiqlal yang jurinya diketuai oleh Presiden Soekarno dengan hadiah berupa uang sebesar Rp. 75.000; serta emas murni seberat 75 gram. Sebanyak 27 peserta mengikuti sayembara, namun dari seluruh peserta hanya 5 peserta yang memenuhi syarat:

1.
F. Silaban dengan rancangannya “Ketuhanan”
2.
R. Oetoyo dengan rancangannya “Istighfar”
3.
Hans Groenewegen dengan rancangannya “Salam”
4.
Mahasiswa ITB (5 orang) rancangannya “Ilham 5”
5.
Mahasiswa ITB (3 orang) rancangannya “Chatulistiwa”

Setelah proses penjurian yang panjang dengan mempelajari rancangan arsitektur beserta makna yang terkandung didalamnya berdasarkan gagasan para peserta maka akhirnya pada 5 Juli 1955 atas perintah Presiden Soekarno memutuskan desain rancangan dengan judul “Ketuhanan” karya Frederich Silaban dipilih sebagai pemenang sebagai model dari Masjid Istiqlal.

Sang Arsitek Masjid Beragama Kristen

Frederich Silaban adalah seorang arsitek beragama Kristen kelahiran Bonandolok Sumatera, 16 Desember 1912, anak dari pasangan suami istri Jonas Silaban Nariaboru. Ia adalah salah satu lulusan terbaik dari Academie van Bouwkunst Amsterdam tahun 1950. selain membuat desain masjid Istiqlal ia juga merancang kompleks Gelanggang Olahraga Senayan.

Untuk menyempurnakan rancangan masjid Istiqlal F. Silaban mempelajari tata cara dan aturan orang muslim melaksanakan shalat dan berdoa selama kurang lebih 3 bulan dan selain itu ia juga mempelajari banyak pustaka mengenai masjid-masjid di dunia.

Awal Pembangunan Masjid Istiqlal

Pada sekitar tahun 1950 hingga akhir tahun 1960-an Taman Wilhelmina di depan Lapangan Banteng dikenal sepi, gelap, kotor dan tak terurus. Tembok-tembok bekas bangunan benteng Frederik Hendrik di taman dipenuhi lumut dan rumput ilalang dimana-mana. Kemudian tahun 1960, di tempat yang sama, ribuan orang yang berasal dari berbagai kalangan masyarakat biasa, pegawai negeri, swasta, alim ulama dan ABRI bekerja bakti membersihkan taman tak terurus di bekas benteng penjajah itu.

Setahun kemudian, tepatnya 24 Agustus 1961, masih dalam bulan yang sama perayaan kemerdekaan RI, menjadi tanggal yang paling bersejarah bagi umat muslimin di Jakarta khususnya, dan Indonesia umumnya. Untuk pertama kalinya, di bekas taman itu, kota Jakarta memiliki sebuah masjid besar. Sebuah masjid yang dimaksudkan sebagai simbol kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Padanan katanya dalam bahasa Arab berarti merdeka dan disepakati diberi nama Istiqlal sehingga jadilah, Masjid Istiqlal namanya.

Tanggal yang bertepatan dengan peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW itu, dipilih sebagai momen pemancangan tiang pertama oleh Presiden pertama RI, Ir. Soekarno yang ketika itu langsung bertindak sebagai Kepala Bidang Teknik.

Proses Panjang Pembangunan Masjid Istiqlal

Seiring dengan iklim politik dalam negeri yang cukup memanas, proyek ambisius itu tersendat-sendat pembangunannya, karena berbarengan dengan pembangunan monumen lain seperti Gelora Senayan, Monumen Nasional, dan berbagai proyek mercu suar lainnya. Hingga pertengahan tahun ’60-an proyek Masjid Istiqlal terganggu penyelesaiannya. Puncaknya ketika meletus peristiwa G 30 S/PKI tahun ’65-’66, pembangunan Masjid Istiqlal bahkan terhenti sama sekali.

Barulah ketika Himpunan Seniman Budayawan Islam memperingati miladnya yang ke-20, sejumlah tokoh, ulama dan pejabat negara tergugah untuk melanjutkan pembangunan Masjid Istiqlal. Dipelopori oleh Menteri Agama KH. M. Dahlan upaya penggalangan dana mewujudkan fisik masjid digencarkan kembali. Presiden Soekarno, yang pamornya di mata masyarakat mulai luntur, kedudukannya dalam kepengurusan diganti oleh KH. Idham Chalied yang bertindak sebagai koordinator panitia nasional Masjid Istiqlal yang baru. Lewat kepengurusan yang baru, masjid dengan arsitektur bergaya modern itu selesai juga pembangunannya.

Semula pembangunan masjid direncanakn akan memakan waktu selama 45 tahun namun dalam pelaksanaannya ternyata jauh lebih cepat. Bangunan utama dapat selesai dalam waktu 6 tahun tepatnya pada tanggal 31 Agustus 1967 sudah dapat digunakan yang ditandai dengan berkumandangnya adzan Maghrib yang pertama.

Secara keseluruhan pembangunan masjid Istiqlal diselesaikan dalam kurun waktu 17 tahun. Peresmiannya dilakukan oleh presiden Soeharto pada tanggal 22 Februari 1978. Kurun waktu pembangunannya telah melewati dua periode masa kepemimpinan yaitu Orde Lama dan Orde Baru. Pendanaan pembangunan masjid ini pada masa Orde Lama direalisasikan melalui proyek Mandataris sementara pada masa Orde Baru menjadi bagian dari Proyek RePelita (Rencana Pembagunan Lima Tahun). Kini masjid Istiqlal berdiri megah di Ibukota Jakarta dan menjadi kebanggaan seluruh masyarakat Indonesia.

BANGUNAN MASJID ISTIQLAL DAN SPESIFIKASINYA

masjid Istiqlal dari kjauhan

Masjid Istiqlal dari kejauhan (arie saksono)

Masjid Istiqlal menerapkan prinsip minimalis. Secara umum masjid Istiqlal terdiri dari gedung induk, gedung pendahulu dan emper sampingnya, teras raksasa, dan emper keliling serta menara. Ruang-ruang terbuka atau plaza di kiri-kanan bangunan utama dengan tiang-tiang lebar di antaranya, dimaksudkan oleh perancangnya untuk memudahkan sirkulasi udara dan penerangan yang alami serta mendatangkan kesejukan hati bagi para jamaah yang beribadah.

Spesifikasi Masjid Istiqal:

Luas tanah 12 ha

Luas bangunan 7 ha

Luas lantai 72.000 m2

Luas atap 21.000 m2

Dalam pembangunan masjid ini dibutuhkan:

Semen 78.000 zak dari Gresik

Baja 337 ton

Marmer 93.000 m2

Keramik 11.400 m2

Aspal 21.500 m2

BAGIAN-BAGIAN BANGUNAN MASJID ISTIQLAL

A. Gedung Induk

TINGGI : 60 meter, 5 tingkat symbol shalat 5 waktu

PANJANG : 100 meter

LEBAR : 100 meter

Tiang pancang : 2.361 buah

Bangunan utama ini adalah gedung utama dimana tempat ini dapat menampung 100.000. jemaah pada waktu shalat Idul Fitri dan Idul Adha.

Masjid Istiqlal specs

KUBAH BESAR dengan diameter 45 meter terbuat dari kerangka baja stainless steel dari Jerman Barat dengan berat 86 ton sementara bagian luarnya dilapisi dengan keramik. Diameter 45 meter merupakan simbol penghormatan dan rasa syukur atas kemerdekaan sesuai dengan nama Istiqlal itu sendiri.

Bagian bawah sekeliling kubah terdapat kaligrafi Surat Yassin yang dibuat oleh K.H Fa’iz. >Updated informasi: Bagian dalam di bawah sekeliling kubah terdapat kaligrafi Surat Alfateha, Surat Thaha ayat 14, Ayat Kursi, dan Surat Al Ikhlas.

Dari luar atap bagian atas kubah dipasang penangkal petir berbentuk lambang Bulan dan Bintang yang terbuat dari stainless steel dengan diameter 3 meter dan berat 2,5 ton

Dari dalam kubah di topang oleh 12 pilar berdiameter 2,6 meter dengan tinggi 12 meter, angka ini merupakan simbol angka kelahiran nabi Muhammad SAW yaitu 12 Rabiul Awal.

Seluruh bagian di gedung utama ini dilapisi marmer yang didatangkan langsung dari Tulungagung seluas 36.980 m2.

Lantainya ditutupi karpet merah sumbangan dari pemerintah Kerajaan Arab.

B. Gedung Pendahulu dan Emper Samping

Tinggi : 52 meter

Panjang : 33 meterLebar : 27 meter

Bagian memiliki lima lantai yang terletak di belakang gedung utama yang diapit 2 sayap teras. Luas lantainya 36.980 m2 dengan dilapisi 17.300 m2. jumlah tiang pancangnya sebanyak 1800 buah. Di atas gedung ini ada sebuah kubah kecil. Fungsi utama dari gedung ini setiap jamaah dapat menuju gedung utama secara langsung. Selain itu juga bisa dimanfaatkan sebagai tempat perluasan shalat bila gedung utama penuh.

C. Teras Raksasa

Teras raksasa terbuka seluas 29.800 m2 terletak di sebelah kiri belakang gedung induk. Teras ini dibuat untuk menampung jamaah pada saat shalat Idul Fitri dan Idul Adha. Arah poros teras ini mengarah ke Monument Nasional menandakan masjid ini adalah masjid nasional. Selain itu teras ini juga berfungsi sebagai tempat acara-acara keagamaan seperti MTQ dan pada emper tengah dahulu biasa digunakan untuk manasik (latihan) haji.

D. Emper Keliling

Emper ini mengelilingi teras raksasa dan emper tengah yang sekelilingya terdapat 1800 pilar guna menopang bangunan emper.

Panjang : 165 meter

Lebar : 125 meter

>BEDUG RAKSASA

Di sudut sebelah tenggara terdapat bedug raksasa yang berfungsi sebagai alat pertanda waktu shalat. Bedug merupakan salah satu ciri ke-Islaman Indonesia dimana hanya terdapat di masjid-masjid Indonesia.

Bedug Masjid Istiqlal

Bedug Raksasa Masjid Istiqlal (foto: arie saksono)

Bedug ini terbuat dari kayu meranti dari Kalimantan Timur yang konon berumur 300 tahun. Garis tengah/ diameter depan adalah 2 meter sedangkan diameter belakang adalah 1,71 meter. Sementara panjang keseluruhan adalah 3 meter dengan berat total 2,3 ton.

Kulit pada bedug adalah kulit sapi. Dibutuhkan 2 lembar kulit sapi dari 2 ekor sapi dewasa. Bagian depan adalah kulit sapi jantan sedangkan bagian belakang adalah kulit sapi betina. Untuk menempelkan kulit ini dibutuhkan 90 paku yang terbuat dari kayu Sonokeling yang pembuatannya membutuhkan waktu 60 hari di Jepara Jawa Tengah.

Kaki penopang bedug disebut Jagrag setinggi 3,8 meter pada kakinya terdapat tulisan Allah dalam segilima yang melambangkan rukun Islam dan waktu shalat. Di sisi lain terdapat tulisan “Bismillahirrahmanirrahim”. Pada ke-empat sisi kakinya terdapat tulisan dua kalimat syahadat. Pada bagian Jagrag keseluruhan ada 27 buah kaligrafi ukiran SuryaSangkala (tahun matahari) yang merupakan pengaruh kebudayaan Hindu sementara pada bagian atas ada ornament ukiran menyerupai naga yang merupakan pengaruh Budha. Sehingga secara keseluruhan bedug ini merupakan wujud dari akulturasi islam dengan berbagai kebudayaan lainnya yang ada di Indonesia.

E. Menara / Minaret

TINGGI : 6666 centimeter = 66,66 meter

DIAMETER : 5 meter

Bangunan menara meruncing ke atas ini berfungsi sebagai tempat Muadzin mengumandangkan Azan. Di atasnya terdapat banyak pengeras suara yang dapat menyuarakan azan ke kawasan sekitar masjid.

Puncak menara yang meruncing dirancang berlubang-lubang terbuat dari kerangka baja tipis. Angka 6666 merupakan symbol dari jumlah ayat yang terdapat dalam AL Quran.

F. Halaman dan Air Mancur MASJID ISTIQLAL

Halaman masjid Istiqlal seluas 9,5 hektar. Halaman ini dapat menampung kurang lebih 800 kendaraan sekaligus melalui 7 buah pintu gerbang masuk yang ada. Di halaman masjid terdapat tiga jembatan yang panjangnya sekitar 21 sampai 25 meter.

Di dalam kompleks masjid di sebelah selatan terdapat air mancur yang berada di tengah-tengah kolam seluas ¾ hektar. Air mancur ini dapat memancarkan air setinggi 45 meter.

Halaman masjid Istiqlal dikelilingi pepohonan yang rindang agar suasana masjid terasa sejuk sehingga akan menambah kekhusukan jamaah beribadah di masjid ini.

G. Tempat Wudhu, Air, dan Penerangan

Tempat wudhu terdapat di beberapa lokasi di lantai dasar yaitu di sebelah utara, timur maupun selatan gedung utama. Tempat ini dilengkapi dengan kran khusus sebanyak 660 buah sehingga secara bersamaan 660 orang dapat berwudhu sekaligus.

Sedangkan toilet terdapat juga di lantai dasar sebelah timur di bawah teras raksasa. Toilet ini tersedia untuk 80 orang yang terbagi dua kompleks, untuk pria dan wanita. Selain itu juga terdapat 52 kamar mandi yang dapat dikunci dan beberapa toilet di lantai sebelah selatan 12 buah, barat 12 buah dan timur 28 buah. Keperluan wudhu, kamar mandi dan toilet ini dipasok sebanyak 600 liter setiap hari per menit dari PAM.

Penerangan masjid Istiqlal menggunakan listrik dari PLN, selain itu juga menggunakan 3 generator berkekuatan masing-masing 110 kva dan sebuah generator besar 500 kva. Pendingin ruangan hanya digunakan bagi ruangan-ruangan kantor di lantai bawah dengan menggunakan sistem kontrol terpusat.

H. Lantai Dasar.

Lantai dasar masjid ini luasnya 2,5 ha dahulu dibiarkan kosong dan hanya digunakan dalam keadaan darurat untuk menampung masyarakat DKI Jakarta bila dalam keadaan bahaya. Namun sejak tahun 1978 atas perintah Presiden Soeharto lantai ini digunakan untuk kantor organisasi keagamaan. Sekarang, masjid ini semarak dengan berbagai aktivitas umat muslim dan organisasi islam di dalamnya. Ada MUI, Dewan Masjid Asia dan Lautan Teduh, Dewan Masjid Indonesia, Pusat Perpustakaan Islam Indonesia, LPTQ dan BP 4 Pusat. Bahkan di atas lahan di sekeliling masjid Istiqlal, sebagian dipergunakan untuk kegiatan ekonomi, warung makan, cenderamata, dan terutama setiap hari Jum’at ramai dipenuhi pedagang dan pembeli sehabis menunaikan shalat Jum’at, yang dikenal dengan pasar Jum’atan.

(Disusun dari berbagai sumber)

©2008 arie saksono


Masjid Istiqlal

Sumber : www.wisatamelayu.com



Masjdi IstiqlalA. Selayang Pandang. Masjid Istiqlal merupakan masjid megah yang berdiri kokoh di pusat Ibukota Republik Indonesia, Jakarta. Masjid megah ini didirikan pada tanggal 24 Agustus 1961 dan diresmikan penggunaannya pada tanggal 22 Februari 1978. Pada tahun 1970-an, masjid ini merupakan masjid termegah di kawasan Asia Tenggara. Kemegahan masjid ini merupakan simbol rasa syukur atas karunia Tuhan berupa kemerdekaan bangsa Indonesia. Nama istiqlal berasal dari bahasa Arab yang mempunyai arti sepadan dengan kata “kemerdekaan”. Ide pembangunan masjid ini awalnya muncul pada tahun 1949, yakni setelah penyerahan kedaulatan negara oleh Pemerintah Kolonial Belanda kepada rakyat Indonesia. Ide ini lahir dari para ulama dan tokoh ternama pada saat itu, di antaranya K.H. Wahid Hasyim (Menteri Agama RI pertama), H. Agus Salim, Anwar Cokroaminoto, Ir. Sofyan, dan K.H. Taufiqurrahman. Ide pembanguan masjid ini disambut hangat oleh presiden RI saat itu, Ir. Soekarno. Bahkan pada waktu itu Ir. Soekarno berusaha keras membantu realisasi pembangunan masjid.Setelah mendapat persetujuan, pada tahun 1953, dibentuklah panitia pembangunan masjid yang diketuai oleh Anwar Cokroaminoto, yang selanjutnya ditunjuk sebagai Ketua Yayasan Masjid Istiqlal. Kepanitiaan ini bertugas untuk merealisasikan pembangunan masjid secara keseluruhan. Melalui kepanitiaan ini, pada tahun 1954, Ir. Soekarno diangkat sebagai Kepala Bagian Teknik Pembangunan Masjid Istiqlal dan juga ditetapkan sebagai juri sayembara maket pembangunannya.Pada tahun 1955, panitia ini mengadakan sayembara membuat sketsa dan maket pembangunan Masjid Istiqlal. Konon, sayembara ini diikuti oleh 30 peserta. Di antara 30 peserta tersebut terdapat 27 orang yang menyerahkan sketsa dan maketnya. Namun, dari 27 peserta hanya 22 peserta yang memenuhi persyaratan lomba. Setelah menilai dan mengevaluasi, akhirnya dewan juri menetapkan lima peserta sebagai nominator. Lima peserta tersebut adalah F. Silaban dengan tema “ketuhanan”, R. Oetoyo dengan tema “istigfar”, Hans Groenewegen dengan tema “salam”, lima mahasiswa ITB dengan tema “ilham”, dan tiga mahasiswa ITB dengan tema “khatulistiwa”. Setelah melalui proses panjang, dewan juri kemudian menetapkan F. Silaban sebagai pemenang. F. Silaban adalah seorang keturunan Batak yang beragama Nasrani.Proyek pembangunan masjid ini ternyata tidak berjalan secara mulus dan mudah. Sejak direncanakan pada tahun 1950-an hingga 1960-an masjid ini belum selesai didirikan. Tersendatnya pembangunan ini dikarenakan situasi politik pada saat itu yang memang kurang mendukung dan menguntungkan. Pada tahun-tahun itu, demokrasi parlementer diterapkan. Partai-partai politik saling bertikai dan memperebutkan kepentingannya masing-masing. Kondisi ini memuncak pada 1965—1966 saat meletus peristiwa G30 S/PKI. Praktis pada saat itu pembangunan masjid terhenti sama sekali.Setelah situasi politik mereda, Menteri Agama pada saat itu, K.H. M. Dahlan, memelopori pembangunan kembali masjid ini. Kepengurusan Ir. Soekarno kemudian diganti oleh K.H. Idham Chalid yang bertindak sebagai Koordinator Panitia Nasional Pembangunan Masjid Istiqlal yang baru. Di bawah kepengurusan baru, proses pembangunan masjid ini akhirnya selesai pada tanggal 31 Agustus 1967 dan diresmikan pada tanggal 22 Februari 1978 oleh Presiden Soeharto.



B. Keistimewaan

Masjid Istiqlal memang terkenal dengan kemegahan bangunannya. Luas bangunannya sekitar 2,5 hektar dan menempati area tanah seluas 9,5 hektar dengan tinggi sekitar 55,8 meter. Karena bangunan yang begitu besar dan luas, masjid ini dapat menampung sekitar 200.000 jamaah. Selain terkenal dengan kemegahannya, masjid ini juga mempunyai arsitektur yang khas. Corak bangunannya bergaya arsitektur Islam modern. Wisatawan yang berkunjung ke masjid ini dapat melihat konstruksi kokoh bangunan masjid yang didominasi oleh batuan marmer dan besi anti karat, mulai dari lantai, dinding, hingga kubahnya. Kubah masjid ini sendiri mempunyai diameter 45 meter yang terbuat dari kerangka baja stainless steel dari Jerman Barat dengan berat 86 ton. Bagian luar kubah dilapisi dengan keramik. Ukuran diameter kubah (45 meter) melambangkan penghormatan dan rasa syukur kepada Tuhan atas karunia kemerdekaan Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945.Masjid ini mempunyai lantai berjumlah lima. Atap kubahnya ditunjang oleh 12 kolom yang berdiameter 2,5 meter. Lima lantai melambangkan shalat lima waktu yang menjadi kewajiban umat Islam, sedangkan 12 kolom melambangkan tanggal kelahiran Nabi Muhammad SAW (12 Rabiul Awal).Secara umum, bangunan masjid ini terdiri dari gedung induk, gedung pendahulu, teras raksasa, dan emper keliling. Gedung pendahulu terletak di belakang gedung utama. Fungsi utama gedung pendahulu adalah sebagai ruangan tambahan menuju gedung utama, sedangkan emper keliling adalah ruangan samping yang mengapit gedung utama yang juga disebut teras keliling. Sementara itu, bangunan teras raksasa terletak di sebelah kiri belakang gedung utama. Bangunan teras ini sengaja dibuat untuk menampung jamaah shalat dalam jumlah besar, seperti pada saat shalat Idulfitri dan Iduladha. Teras raksasa juga sering difungsikan sebagai tempat acara-acara keagamaan, seperti lomba seni baca Al-Qur‘an (MTQ) dan manasik haji.Wisatawan yang berkunjung ke masjid ini juga dapat menyaksikan bedug terbesar di Indonesia. Bedug ini bergaris tengah sekitar 2 meter dengan panjang 3 meter dan berat 2,3 ton. Konon, bedug ini terbuat dari pohon meranti yang telah berumur 300-an tahun. Selain itu, pengunjung juga dapat menyaksikan menara masjid yang terletak di sebelah timur dengan ketinggian 6.666 cm dengan diameter 5 meter. Ketinggian ini melambangkan jumlah ayat dalam Al-Qur‘an. Tidak jauh dari lokasi masjid, pengunjung juga dapat mengunjungi obyek wisata lain, seperti Monumen Nasional dan Pasar Baru.



C. Lokasi

Masjid ini terletak di Jalan Pintu Air, Jakarta Pusat, Propinsi DKI Jakarta, Indonesia.



D. Akses

Lokasi Masjid Istiqlal cukup mudah dijangkau, karena berdekatan dengan Stasiun Gambir. Untuk mencapai lokasi, dari Bandara Sukarno-Hatta menuju arah stasiun, pengunjung dapat menggunakan kendaraan umum, seperti metronimi dan bus Transjakarta. Dari Stasiun Gambir, pengunjung dapat berjalan kaki atau menggunakan ojek menuju Masjid Istiqlal.



E. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya

Masjid Istiqlal sampai saat ini telah mempunyai fasilitas-fasilitas penunjang, seperti ruang sidang, dua gedung aula, Kantor Badan Pelaksana Pengelola Masjid Istiqlal (BPPMI), ruang tunggu (VIP), dan unit pelaksana teknis. Unit pelaksana teknis masjid terdiri dari pramuka, taman kanak-kanak, perpustakaan, KBIH, koperasi, poliklinik, hingga pengajian. Masjid ini juga digunakan kantor lembaga-lembaga keagamaan, di antaranya Majelis Ulama Indonesia (MUI), Pusat Dewan Masjid Indonesia (DMI), Badan Penasehat Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan Pusat (BP4), Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI), Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‘an (LPTQ) Tingkat Nasional, Pusat Perpustakaan Islam Indonesia (PPII), Himpunan Seni dan Budaya Islam (HSBI), Ikatan Persaudaraan Qori Qoriah Hafizh Hafizhah Indonesia (IPQOH), Kantor Majalah Tabloid Jum‘at, Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Islam Indonesia (BMOIWI), dan Kantor Sekretariat Majelis Ilmuan Muslimah Sedunia Cabang Indonesia.Wisatawan yang berkunjung juga dapat mengikuti acara-acara keagamaan yang diselengarakan di masjid ini, di antaranya tausiyah, pengajian tafsir Al-Qur‘an, tabligh akbar, dan perayaan peringatan hari besar keagamaan. Selain itu, bagi pengunjung yang ingin berlama-lama di sini, tak perlu khawatir, karena di kompleks masjid ini terdapat warung makan, toko suvenir, dan toko cenderamata.



Sumber : www.wisatamelayu.com




Istiqlal, Masjid Terbesar di Asia Tenggara PDF Cetak E-mail

*
* 1
* 2
* 3
* 4
* 5

(24 votes)
Sebagai sebuah ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat kemerdekaan bangsa Indonesia, maka tercetuslah ide pembangunan masjid agung sebagai masjid Negara di Jakarta oleh Menteri Agama KH Wahid Hasyim.
Pada tanggal 7 Desember 1954, beberapa tokoh Islam kemudian mendirikan sebuah Yayasan yang diberi nama Yayasan Masjid Istiqlal. Tujuan dari yayasan ini adalah mendirikan sebuah masjid agung dengan nama Masjid Istiqlal yang artinya Kemerdekaan.

Anwar Cokroaminoto yang ditunjuk sebagai Ketua Yayasan Masjid Istiqlal ini kemudian menyampaikan ide pembangunan masjid ini kepada Presiden Soekarno dan ternyata mendapat sambutan yang hangat. Bahkan secara langsung presiden Soekarno mengusulkan agar lokasi pembangunan masjid bertempat di kawasan Pasar Baru seperti yang ada sekarang.

Masjid ini didirikan pada tahun 1961 dan selesai pada tahun 1978. Pembangunan masjid memerlukan waktu sekitar 17 tahun, berawal pada masa Presiden Soekarno dan diresmikan penggunaannya pada masa Presiden Soeharto.

Proses pembangunan masjid diawali oleh sebuah sayembara untuk memperoleh sebuah rencana untuk menggambar Masjid Istiqlal. Peserta yang terdaftar ada 30 orang dan hanya 27 peserta saja yang menyerahkan gambarnya. Diantara mereka hanya ada 22 peserta yang memenuhi persyaratan lomba dan hanya ada 5 pemenang dalam sayembara ini, yaitu F. Silaban dengan sandi "Ketuhanan", R. Oetoyo dengan sandi "Istighfar," Hans Groenewegen dengan sandi "salam," lima orang mahasiswa ITB dengan sandi "ilham," dan Tiga orang mahasiswa ITB dengan sandi "Khatulistiwa."

Setelah diadakan penilaian terhadap kelima peserta tersebut, para juri sepakat memilih rancangan gambar milik F. Silaban dengan sandi "Ketuhanan" Hingga jadilah sebuah masjid yang megah sebagaimana yang kita saksikan sekarang yang juga tercatat sebagai masjid terbesar di Asia Tenggara. Menariknya, Silaban bukanlah penganut Islam. Ini membuktikan bahwa toleransi beragama para pendahulu sudah demikian besarnya.

Luas areal tanah masjid yang keseluruhannya mencapai 9,5 hektar ini terdiri atas komponen-komponen penyusunnya. Struktur bangunan masjid Istiqlal terdiri atas gedung induk, gedung pendahuluan, teras raksasa, dan menara dan bedug.

Gedung induk terdiri dari lantai yang berfungsi untuk shalat berkapasitas 16.000 orang dan pada samping kiri, kanan serta belakang terdapat lantai bertingkat lima yang dapat menampung jamaah sebanyak 61.000 orang. Gedung ini memiliki 12 pilar besar sebagai symbol tanggal kelahiran Nabi Muhammad SAW. Pilar-pilar tersebut menyangga kubah raksasa yang memiliki garis tengah 45 m. Angka tersebut merupakan symbol tahun kemerdekaan Republik Indonesia.

Pada kubah tersebut tertulis Ayat Kursi dan surat Al-Ikhlas yang diawali dengan basmalah. Pada dinding bagian depan masjid ini terdapat tulisan kaligrafi, disebelah kanan dan kiri terdapat lafazd Allah dan Muhammad. Sedangkan pada bagian tengah agak ke atas ada tulisan “Laa ilaaha Illallah”. Di bawah tulisan ini terdapat suatu tempat yang terdiri dari Mihrab dan Mimbar.

Di belakang gedung induk terdapat gedung pendahuluan yang berfungsi sebagai penghubung ke lantai atas. Selain itu juga berfungsi menampung jamaah shalat sebanyak 8.000 orang. Di atasnya terdapat sebuah kubah bergaris tengah 8 m yang dijadikan sebagai symbol bulan agustus bagi kemerdekaan RI.

Masjid Istiqlal mempunyai teras raksasa yang berukuran 19.800 m2 yang dapat menampung sekitar 50.000 jama’ah. Bangunan ini memiliki emper keliling yang berfungsi sebagai tempat penghubung ke gedung induk dan gedung pendahuluan. Teras raksasa ini tidak parallel dengan gedung induk yang menghadap kea rah kiblat, tapi mengarah ke Monumen Nasional. Hal ini menunjukkan bahwa Masjid Istiqlal sebagai Masjid Nasional memiliki kaitan yang sangat erat dengan sejarah bangsa Indonesia.

Berdiri tegak dan lurus menembus langit biru. Tampak indah dan bargaya arsitektur modern. Menara ini dirancang berlubang-lubang, tingginya mancapai 6.666 cm sesuai dengan jumlah ayat yang terdapat di dalam kitab suci Al-Qur’an. Puncak menara yang terbuat dari baja tahan karat seberat 28 ton dengan tinggi 30 meter ini pada awalnya sebagai tempat dikumandangkannya adzan, namun sekarang hanya sebagai tempat pengeras suara.

Di bawah menara terdapat sebuah bedug berukuran besar dengan garis tengah 1,71 m, terbuat dari kayu dan kulit sapi. Bedug ini merupakan hasil kreativitas yang melambangkan kebudayaan Islam lokal. (tbs/tbs)

Sumber: detikcom

Selasa, 24 Agustus 2010

copy

Jakarta, 20/8/2010 (Kominfo-Newsroom) Masjid Istiqlal, Jakarta, mengagendakan 12 program utama selama bulan suci Ramadhan dengan tujuan agar masyarakat dapat melaksanakan ibadah puasa dan ibadah sunnah lainnya dengan baik.

“Tidak seperti hari-hari biasanya, selama bulan Ramadhan, Masjid Istiqlal buka selama 24 jam, sehingga masyarakat dapat beribadah dan mengikuti kegiatan kami, “ kata Subandi, Sekretaris Badan Pelaksana Pengelola Masjid Istiqlal (BPPMI), saat ditemui di kantornya, Jumat (20/8).
Program-program utama tersebut antara lain nikmatnya berbuka puasa bersama 3.000 jama’ah setiap hari, shalat tarawih, dan kuliah subuh.
Selain itu, ada pula tadarus Al-Quran seusai shalat tarawih plus siraman rohani menjelang tarawih dan tilawatil Quran oleh qori dan qoriah tingkat nasional dan internasional rutin setiap malam.
Masjid Istiqlal juga mengadakan kegiatan dialog zhuhur interaktif, yang dilaksanakan setiap hari selesai shalat zhuhur. “Disini jamaah dapat menyampaikan pertanyaan-pertanyaan bahkan komentar seputar materi yang disajikan,” katanya.
Kegiatan lain yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan ialah peringatan Nuzulul Qur’an yang diadakan sekitar tanggal 17 Ramadhan dan Qiyamullail, yaitu shalat sunnah yang dilaksanakan pada dini hari, dimulai pada pukul 02.00 dan berakhir 03.30. Shalat ini yang dilaksanakan pada 10 malam terakhir bulan Ramadhan.
Empat kegiatan terakhir ialah pesantren kilat putra dan putri, bingkisan lebaran, menerima zakat, infaq, dan shadaqah serta pelaksanaan shalat Idul Fithri berjamaah dengan Presiden, Wapres, dan para pejabat negara.
Subandi mengharapkan kegiatan ini dapat didukung oleh masyarakat Indonesia. "Pada bulan yang suci ini sayang sekali melewatkan berbagai kegiatan rohani seperti ini, karena ini bulan penuh pengampunan,” katanya.(Fey/toeb)

Kamis, 05 Agustus 2010

tugaz

Latar Belakang

Pendirian sebuah masjid adalah untuk menghidupkan fungsi utamanya sebagai titik pusat kegiatan Islami bagi masyarakat yang tinggal di lingkungan sekitarnya, khususnya shalat Jum’at dan shalat fardhu berjamaah dan kegiatan Islam lainnya seperti membaca Al Qur’an, belajar-mengajar, bermusyawarah dan semua kegiatan dalam rangka kemaslahatan umat.

Dalam menafsirkan surat Al Hajj [22] ayat 27 yang berbunyi:
وَإِذْ بَوَّأْنَا لِإِبْرَاهِيمَ مَكَانَ الْبَيْتِ أَنْ لَا تُشْرِكْ بِي شَيْئًا وَطَهِّرْ بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْقَائِمِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ

masjidArtinya, "Dan ingatlah ketika Kami menempatkan Ibrahim di tempat rumah Allah dan Dia berfirman, 'Janganlah mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang lain; dan bersihkanlah rumah-Ku bagi mereka yang tawaf, dan mereka yang berdiri tegak dan mereka yang ruku dan sujud dalam shalat"


Walhasil, Mesjid-mesjid hanya untuk zikir Ilahi, tapi zikir Ilahi termasuk juga hal-hal yang berhubungan dengan kemajuan dan peningkatan kaum, keilmuan, kenegaraan, dan musyawarah peleraian sengketa. tapi, semua hal hal yang berhubungan dengan perkelahian, kerusuhan, pelanggaran peraturan, meskipun kalian menamakannya dengan musyawarah, kebangsaan, keumatan, atau urusan agama, kalau hal-hal itu diperbincangkan dimesjid adalah tidak boleh. Begitu juga di mesjid-mesjid dilarang untuk berbincang-bincang berkenaan perkara-perkara pribadi, karena Islam menetapkan mesjid sebagai baitullah dan menetapkan mesjid adalah khusus untuk zikir ilahi.

(Tafsir Kabir jilid 6 hal 28-29)

Kamis, 22 Juli 2010

hanya tugas

Latar Belakang

Pendirian sebuah masjid adalah untuk menghidupkan fungsi utamanya sebagai titik pusat kegiatan Islami bagi masyarakat yang tinggal di lingkungan sekitarnya, khususnya shalat Jum’at dan shalat fardhu berjamaah dan kegiatan Islam lainnya seperti membaca Al Qur’an, belajar-mengajar, bermusyawarah dan semua kegiatan dalam rangka kemaslahatan umat.

Kota Berlin selain sebagai ibu kota negara dan pusat pemerintahan di Jerman, juga merupakan pusat pendidikan, kebudayaan dan sejarah. Posisi strategis tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi komunitas internasional untuk tinggal dan menetap di Berlin, sehingga menjadikannya sebagai salah satu kota multi kultural dan multi etnis terbesar di dunia. Komunitas internasional ini mencakup juga Afrika, Eropa, Arab, Asia (Indonesia, Malaysia, Brunei, Pakistan dan sebagainya). Mereka menetap di Berlin untuk bekerja atau karena alasan pernikahan, ada juga yang tinggal sementara, seperti pelajar, mahasiswa, tugas kedinasan, kunjungan wisata dan lain-lain.

Berlin adalah kota dengan populasi sekitar 3,4 juta jiwa. Data statistik dari Institusi Statistik Berlin tercatat sekitar 290 ribu penduduk Berlin beragama Islam. Data pada tahun 2007 juga tercatat jumlah komunitas Indonesia di Berlin sekitar 2.000 orang dan 1.200 orang di antaranya adalah muslim. Sementara, data statistik EU juga menunjukan peningkatan drastis muslim di Eropa dari 250 ribu orang di tahun 1950 menjadi sekitar 17,5 juta orang pada tahun 2007. Umat muslim tumbuh 7,5% per tahun di Eropa. Ini artinya pada tahun 2015 mendatang di Berlin, jumlah seluruh penduduk muslim akan meningkat menjadi ± 450 ribu orang. Jumlah warga muslim Indonesia pun akan meningkat menjadi ± 1900 orang. Di sinilah terlihat peran penting dan kebutuhan atas pendirian masjid yang permanen di Berlin sebagai pusat dakwah dan tempat ibadah.

Masjid Al-Falah, yang ditujukan bagi seluruh umat Islam dan khususnya komunitas Indonesia/Melayu di Berlin, telah dirintis sejak tahun 1984 oleh para mahasiswa/i Indonesia. Masjid ini adalah salah satu dari sekitar 80 masjid yang berada di Berlin. Keberadaannya menjadi pusat kegiatan dakwah Islam di Berlin dan sekitarnya.

Pada awalnya masjid ini menggunakan sebuah apartemen seluas 90 m2 di jalan Melanchthonstrasse di daerah Alt-Moabit/Wedding, Berlin. Masjid Al-Falah kemudian berkembang dan menjadi sebuah yayasan yang terdaftar resmi di Departemen Kehakiman, dengan nama Indonesisches Weisheits und Kulturzentrum e.V. (IWKZ e.V.) pada akhir tahun 2006. Pada tahun 2007, masjid Al-Falah menempati gedung baru seluas 215 m2 di Feldzeugmeisterstrasse di daerah Alt-Moabit/Wedding. Kawasan ini cukup dekat dengan pemukiman komunitas Indonesia/Melayu di Berlin.

Sebagai komunitas yang berasal dari bangsa yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa maka kebutuhan untuk mempelajari agama dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dirasakan oleh sebagian besar komunitas muslim di Berlin khususnya Indonesia/Melayu. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kegiatan keagamaan yang telah diselenggarakan secara rutin, baik yang bersifat individu maupun kelompok, diantaranya:

1. Pengajian Bulanan dengan rata-rata kehadiran >150 orang
2. Pengajian Mingguan Ibu-Ibu dengan rata-rata kehadiran >50 orang
3. Pengajian Mingguan Bapak-Bapak dengan rata-rata kehadiran >25 orang
4. Pengajian Mingguan Pemuda dengan rata-rata kehadiran >50 orang
5. Taman Pendidikan Alqur’an Mingguan untuk anak-anak dan remaja dengan jumlah peserta >50 orang
6. Sholat Jum’at dan Tarawih dengan rata-rata jumlah jama’ah >180 orang
7. Perayaan hari-hari besar Islam, seperti: Muharram, Ramadhan, Idul Fitri, Idul Adha, dan lain-lain
8. Pengumpulan dan penyaluran Zakat dan hewan kurban

Masjid Al-Falah selain sebagai pusat dakwah Islam, juga memberikan kontribusi untuk masyarakat Berlin yang lebih luas. Masjid Al-Falah tergabung di jaringan masjid-masjid Berlin yang bernama Initiative Berliner Muslime (IBMUS), dan juga paguyuban lintas budaya dan agama di Buergerplatform Wedding-Moabit. Alhamdulillah, saat ini masjid Al-Falah telah dipilih sebagai salah satu wakil umat Islam dalam Komisi Integrasi Departemen Dalam Negeri Jerman.

tugas

Dalam menafsirkan surat Al Hajj [22] ayat 27 yang berbunyi:
وَإِذْ بَوَّأْنَا لِإِبْرَاهِيمَ مَكَانَ الْبَيْتِ أَنْ لَا تُشْرِكْ بِي شَيْئًا وَطَهِّرْ بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْقَائِمِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ

masjidArtinya, "Dan ingatlah ketika Kami menempatkan Ibrahim di tempat rumah Allah dan Dia berfirman, 'Janganlah mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang lain; dan bersihkanlah rumah-Ku bagi mereka yang tawaf, dan mereka yang berdiri tegak dan mereka yang ruku dan sujud dalam shalat"

Hazrat Khalifatul Masih Ats Tsani ra bersabda:

Seorang musafir bisa mengambil manfaat dari mesjid dalam corak, kalau dia tidak mendapatkan tempat beristirahat, dia bisa tinggal untuk beberapa hari sehingga terselamatkan dari kesulitan tempat tinggal.



Untuk penduduk maqami (tempatan) bisa mengambil manfaat dari mesjid dalam corak bahwa mesjid adalah tempat yang terbebas dari keributan dan kegaduhan, dia bisa duduk dan berdoa dengan tentram didalamnya, juga bisa bermunajat kepada Tuhannya.

Bagi orang-orang yang mewakafkan diri untuk agama Allah, tempat tinggal mereka yang sebenarnya adalah mesjid, karena mesjid adalah tempat berkumpulnya orang-orang mukmin, tempat berdoa dan tempat untuk berzikir Ilahi. Tidak ada manusia yang memiliki kecintaan sejati dan hubungan yang erat yang bisa terpisah dari maqam ini (mesjid), tapi hendaknya diperhatikan bahwa pengganti dari zikir Ilahi adalah dengan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang bisa memberikan manfaat bagi kaum, apakah itu tentang qodo (pengadilan) atau perkelahian, atau kerusuhan (fasadat) atau urusan ta’lim (pendidikan) atau dalam corak lain yang berhubungan dengan kemajuan atau kemunduran umat muslim. Sebagaimana kalau diperhatikan pada zaman Rasulullah SAW, keputusan (peleraian) perkelahian pun dilakukan di mesjid, urusan qodo juga, ta’lim juga, dengan itu bisa difahami bahwa mesjid tidak hanya digunakan untuk untuk Allah-Allah.. saja, tapi untuk hal-hal lain juga yang berhubungan dengan kebutuhan umat bisa dilakukan di mesjid, karena dalam Islam, Zikir Ilahi tidak hanya melantunkan subhanallah-subhanallah saja, tapi kalau ada yang mengkhidmati janda, maka itupun adalah urusan agama, kalau ada yang memelihara anak yatim, maka itupun adalah urusan agama, kalau ada orang yangmengkhidmati kaum, itupun adalah urusan agama, kalau ada yang melerai perkelahian orang-orang dan mengadakan islah, itupun urusan agama.

Jadi seluruh kegiatan yang bermanfaat bagi kaum dan juga yang meninggikan akhlak dan kondisi duniawinya adalah termasuk kedalam zikir Ilahi dan itu diperbolehkan kalau dilakukan dimesjid. Pada zaman Rasulullah SAW kalau ada tamu yang datang, Beliau bertanya pada para sahabat di mesjid, ada tamu yang datang, diantara kalian siapa yang akan mengkhidmatinya? Sekarang, meskipun soal roti, tapi sebenarnya ini adalah urusan agama yang dengannya keperluan umat akan terpenuhi. Orang-orang telah keliru dengan membatasi makna urusan-urusan agama, padahal untuk itulah agama ada, supaya manusia bisa menciptakan hubungan dengan Allah Ta’ala, Allah Ta’ala tidak akan bertemu dengan hambanya tanpa adanya suatu pengkhidmatan, tapi dia akan bertemu ketika kita sedang memelihara anak yatim, Dia akan bertemu ketika kita sedang mengkhidmati janda janda, dia akan bertemu ketika kita sedang bertabligh pada orang kafir, Dia bertemu ketika kita sedang menyelamatkan orang orang mukmin dari musibah, jadi kalaulah hal-hal ini dibindcangkan di mesjid, maka ini bukanlah urusan duniawi, tapi bagian dari agama. Ya, di mesjid dilarang untuk membicarakan hal hal yang berkenaan dengan hal-hal yang murni urusan-urusan pribadi, misalnya kalaulah kalian bertanya, bagaimana keputusannya tentang pernikahan anak perempauan kamu? atau dikatakan ada perkelahian tentang kemajuanku, officer tidak percaya, maka urusan-urusan yang seperti ini tidak boleh untuk di bincangkan di mesjid, kecuali imam, yang memang bertanggung jawab mengurusi masalah seluruh kaum, dan adalah haknya, kalau dia merasa perlu, bincangkanlah tentang perkara 2 itu kepada orang orang (di mesjid). Pada dasarnya membincangkan sesuatu yang berkenaan dengan urusan-urusan pribadi yang murni adalah dilarang. Misalnya, Rasulullah SAW bersabda:

“Kalaulah ada seseorang yang kehilangan sesuatu, maka berkenaan dengan itu janganlah mengumumkan (berita kehilangan) di mesjid" (Sahih Muslim Ma’a Surhah An Nawawi Jilid Awwal halaman 210 cetakan asbahaul mutabi’I )

Walhasil, Mesjid-mesjid hanya untuk zikir Ilahi, tapi zikir Ilahi termasuk juga hal-hal yang berhubungan dengan kemajuan dan peningkatan kaum, keilmuan, kenegaraan, dan musyawarah peleraian sengketa. tapi, semua hal hal yang berhubungan dengan perkelahian, kerusuhan, pelanggaran peraturan, meskipun kalian menamakannya dengan musyawarah, kebangsaan, keumatan, atau urusan agama, kalau hal-hal itu diperbincangkan dimesjid adalah tidak boleh. Begitu juga di mesjid-mesjid dilarang untuk berbincang-bincang berkenaan perkara-perkara pribadi, karena Islam menetapkan mesjid sebagai baitullah dan menetapkan mesjid adalah khusus untuk zikir ilahi.

(Tafsir Kabir jilid 6 hal 28-29)

Penerjemah :Mahmud Ahmad Wardi

Jumat, 09 Juli 2010

MASJID ISTIQLAL
JAKARTA




Profil Masjid Istiqlal
Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu'alaykum warohmatullahi wabarokatuh,
Izinkan saya untuk membagi info tentang salah satu masjid kebanggaan Negeri kita ini, buat moderator klo misalkan thread ini salah tempat silahkan boleh dipindah, terima kasih.

Baiklah kita mulai pembahasannya, dan ini akan cukup panjang.

Masjid Istiqlal adalah masjid yang terletak di pusat ibukota negara Republik Indonesia, Jakarta. Masjid ini adalah masjid terbesar di Asia Tenggara. Masjid ini diprakarsai oleh Presiden Republik Indonesia saat itu, Ir. Sukarno di mana pemancangan batu pertama, sebagai tanda dimulainya pembangunan Masjid Istiqlal dilakukan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1961. Arsitek Masjid Istiqlal adalah Frederich Silaban.

Spesifikasi Masjid Istiqal:
Luas tanah 12 ha
Luas bangunan 7 ha
Luas lantai 72.000 m2
Luas atap 21.000 m2
Dalam pembangunan masjid ini dibutuhkan:
Semen 78.000 zak dari Gresik
Baja 337 ton
Marmer 93.000 m2
Keramik 11.400 m2
Aspal 21.500 m2

Lokasi masjid ini berada di timur laut lapangan Monumen Nasional (Monas). Bangunan utama masjid ini terdiri dari lima lantai. Masjid ini mempunyai kubah yang diameternya 45 meter. Masjid ini mampu menampung orang hingga lebih dari 200.000 (dua ratus ribu) jamaah.

Selain digunakan sebagai aktivitas ibadah umat Islam, masjid ini juga digunakan sebagai kantor Majelis Ulama Indonesia, aktivitas sosial, dan kegiatan umum. Masjid ini juga menjadi salah satu daya tarik wisata yang terkenal di Jakarta. Kebanyakan wisatawan yang berkunjung umumnya wisatawan domestik, dan sebagian wisatawan asing yang beragama Islam. Tidak diketahui apakah umat non-Islam dapat berkunjung ke masjid ini.


SEJARAH MASJID ISTIQLAL
Setelah Revolusi Nasional Indonesia 1945-1949, diikuti dengan pengakuan terhadap kemerdekaan Indonesia dari Belanda pada tahun
1949, ada ide yang berkembang untuk membangun masjid nasional republik yang baru ini, sesuai untuk negara dengan populasi Muslim
terbesar di dunia . Pada tahun 1953 KH. Wahid Hasyim, Menteri Agama RI pertama, melontarkan ide pembangunan masjid besar nasional
Indonesia bersama-sama dengan H. Agus Salim, Anwar Tjokroaminoto dan Ir. Sofwan beserta sekitar 200-an orang tokoh Islam pimpinan KH. Taufiqorrahman. Ide itu kemudian diwujudkan dengan membentuk Yayasan Masjid Istiqlal.
Pada tanggal 7 Desember 1954 didirikan yayasan Masjid Istiqlal yang diketuai oleh H. Tjokroaminoto untuk mewujudkan ide pembangunan masjid nasional tersebut. Gedung Deca Park di Lapangan Merdeka (kini Jalan Medan Merdeka Utara di Taman Museum Nasional), menjadi saksi bisu atas dibentuknya Yayasan Masjid Istiqlal. Nama Istiqlal diambil dari bahasa Arab yang berarti Merdeka. Presiden pertama RI Soekarno menyambut baik ide tersebut dan mendukung berdirinya yayasan masjid Istiqlal dan kemudian membentuk Panitia Pembangunan Masjid Istiqlal (PPMI).




Penentuan Lokasi Masjid Istiqlal

Masjid Istiqlal berlokasi di atas bekas benteng Belanda Frederick Hendrik dengan Taman Wilhelmina yang dibangun oleh Gubernur Jenderal Van Den Bosch pada tahun 1834 yang terletak di antara Jalan Perwira, Jalan Lapangan Banteng, Jalan Katedral dan Jalan Veteran, karena di seberangnya telah berdiri gereja Kathedral dengan tujuan untuk memperlihatkan kerukunan dan keharmonisan kehidupan beragama di Indonesia.



Sayembara Desain Masjid Istiqlal
Setahun sebelumnya, Ir. Soekarno menyanggupi untuk membantu pembangunan masjid, bahkan memimpin sendiri penjurian sayembara desain maket masjid. Setelah melalui beberapa kali sidang, di Istana Negara dan Istana Bogor, dewan juri yang terdiri dari Prof.Ir. Rooseno, Ir.H. Djuanda, Prof.Ir. Suwardi, Hamka, H. Abubakar Aceh, dan Oemar Husein Amin.
Pada tahun 1955 Panitia Pembangunan Masjid Istiqlal mengadakan sayembara rancangan gambar atau arsitektur masjid Istiqlal yang jurinya diketuai oleh Presiden Soekarno dengan hadiah berupa uang sebesar Rp. 75.000; serta emas murni seberat 75 gram. Sebanyak 27 peserta mengikuti sayembara, namun dari seluruh peserta hanya 5 peserta yang memenuhi syarat:
1. F. Silaban dengan rancangannya “Ketuhanan”
2. R. Oetoyo dengan rancangannya “Istighfar”
3. Hans Groenewegen dengan rancangannya “Salam”
4. Mahasiswa ITB (5 orang) rancangannya “Ilham 5”
5. Mahasiswa ITB (3 orang) rancangannya “Chatulistiwa”
Pada 5 Juli 1955 atas perintah Presiden Soekarno memutuskan desain rancangan dengan judul “Ketuhanan” karya Frederich Silaban dipilih sebagai pemenang sebagai model dari Masjid Istiqlal.

Sang Arsitek Masjid Beragama Kristen
Frederich Silaban adalah seorang arsitek beragama Kristen kelahiran Bonandolok Sumatera, 16 Desember 1912, anak dari pasangan suami istri Jonas Silaban Nariaboru. Ia adalah salah satu lulusan terbaik dari Academie van Bouwkunst Amsterdam tahun 1950. selain membuat desain masjid Istiqlal ia juga merancang kompleks Gelanggang Olahraga Senayan.
Untuk menyempurnakan rancangan masjid Istiqlal F. Silaban mempelajari tata cara dan aturan orang muslim melaksanakan shalat dan berdoa selama kurang lebih 3 bulan dan selain itu ia juga mempelajari banyak pustaka mengenai masjid-masjid di dunia.


Pembangunan Masjid Istiqlal
Pada tahun 1960, di tempat yang sama, ribuan orang yang berasal dari berbagai kalangan masyarakat biasa, pegawai negeri, swasta, alim ulama dan ABRI bekerja bakti membersihkan taman tak terurus di bekas benteng penjajah itu.
Setahun kemudian, tepatnya 24 Agustus 1961, dipilih sebagai momen pemancangan tiang pertama oleh Presiden pertama RI, Ir. Soekarno yang ketika itu langsung bertindak sebagai Kepala Bidang Teknik. Pembangunan masjid memakan waktu selama 17 tahun, kemudian pada tanggal 22 Februari 1978 Presiden Indonesia Soeharto meresmikan masjid nasional Indonesia itu.



BANGUNAN MASJID ISTIQLAL DAN SPESIFIKASINYA
Masjid Istiqlal menerapkan prinsip minimalis. Secara umum masjid Istiqlal terdiri dari gedung induk, gedung pendahulu dan emper sampingnya, teras raksasa, dan emper keliling serta menara. Ruang-ruang terbuka atau plaza di kiri-kanan bangunan utama dengan tiang-tiang lebar di antaranya, dimaksudkan oleh perancangnya untuk memudahkan sirkulasi udara dan penerangan yang alami serta mendatangkan kesejukan hati bagi para jamaah yang beribadah.



BAGIAN-BAGIAN BANGUNAN MASJID ISTIQLAL
A. Gedung Induk
TINGGI : 60 meter, 5 tingkat symbol shalat 5 waktu
PANJANG : 100 meter
LEBAR : 100 meter
Tiang pancang : 2.361 buah
Bangunan utama ini adalah gedung utama dimana tempat ini dapat menampung 100.000. jemaah.
Kubah besar dengan diameter 45 meter terbuat dari kerangka baja stainless steel dari Jerman Barat dengan berat 86 ton, bagian luarnya dilapisi dengan keramik. Diameter 45 meter merupakan simbol penghormatan dan rasa syukur atas kemerdekaan sesuai dengan nama Istiqlal itu sendiri. Bagian bawah sekeliling kubah terdapat kaligrafi Surat Yassin yang dibuat oleh K.H Fa’iz. >Updated informasi: Bagian dalam di bawah sekeliling kubah terdapat kaligrafi Surat Alfateha, Surat Thaha ayat 14, Ayat Kursi, dan Surat Al Ikhlas.
Dari luar atap bagian atas kubah dipasang penangkal petir berbentuk lambang Bulan dan Bintang yang terbuat dari stainless steel dengan diameter 3 meter dan berat 2,5 ton
Dari dalam kubah di topang oleh 12 pilar berdiameter 2,6 meter dengan tinggi 12 meter.
Seluruh bagian di gedung utama ini dilapisi marmer yang didatangkan langsung dari Tulungagung seluas 36.980 m2.
Lantainya ditutupi karpet merah sumbangan dari pemerintah Kerajaan Arab Saudi.

B. Gedung Pendahulu dan Emper Samping
Tinggi : 52 meter
Panjang : 33 meterLebar : 27 meter
Bagian memiliki lima lantai yang terletak di belakang gedung utama yang diapit 2 sayap teras. Luas lantainya 36.980 m2 dengan dilapisi 17.300 m2. jumlah tiang pancangnya sebanyak 1800 buah. Di atas gedung ini ada sebuah kubah kecil. Fungsi utama dari gedung ini setiap jamaah dapat menuju gedung utama secara langsung. Selain itu juga bisa dimanfaatkan sebagai tempat perluasan shalat bila gedung utama penuh.

C. Teras Raksasa
Teras raksasa terbuka seluas 29.800 m2 terletak di sebelah kiri belakang gedung induk. Teras ini dibuat untuk menampung jamaah pada saat shalat Idul Fitri dan Idul Adha. Arah poros teras ini mengarah ke Monument Nasional menandakan masjid ini adalah masjid nasional. Selain itu teras ini juga berfungsi sebagai tempat acara-acara keagamaan seperti MTQ dan pada emper tengah dahulu biasa digunakan untuk manasik (latihan) haji.

D. Emper Keliling
Emper ini mengelilingi teras raksasa dan emper tengah yang sekelilingya terdapat 1800 pilar guna menopang bangunan emper.
Panjang : 165 meter
Lebar : 125 meter

BEDUG RAKSASA
Di sudut sebelah tenggara Masjid terdapat bedug raksasa.

E. Menara / Minaret
TINGGI : 6666 centimeter = 66,66 meter
DIAMETER : 5 meter
Bangunan menara meruncing ke atas ini berfungsi sebagai tempat Muadzin mengumandangkan Azan.

F. Halaman dan Air Mancur MASJID ISTIQLAL
Halaman masjid Istiqlal seluas 9,5 hektar. Halaman ini dapat menampung kurang lebih 800 kendaraan sekaligus melalui 7 buah pintu gerbang masuk yang ada. Di halaman masjid terdapat tiga jembatan yang panjangnya sekitar 21 sampai 25 meter.
Di dalam kompleks masjid di sebelah selatan terdapat air mancur yang berada di tengah-tengah kolam seluas ¾ hektar. Air mancur ini dapat memancarkan air setinggi 45 meter.

G. Tempat Wudhu, Air, dan Penerangan
Tempat wudhu dilengkapi dengan kran khusus sebanyak 660 buah sehingga secara bersamaan 660 orang dapat berwudhu sekaligus. Sedangkan toilet tersedia untuk 80 orang yang terbagi dua kompleks, untuk pria dan wanita. Terdapat juga 52 kamar mandi. Keperluan wudhu, kamar mandi dan toilet ini dipasok sebanyak 600 liter setiap hari per menit dari PAM.
Penerangan masjid Istiqlal menggunakan listrik dari PLN, selain itu juga menggunakan 3 generator berkekuatan masing-masing 110 kva dan sebuah generator besar 500 kva.

H. Lantai Dasar.
Luas 2,5 ha biasa diisi dengan berbagai aktivitas umat muslim dan organisasi islam di dalamnya. Ada MUI, Dewan Masjid Asia dan Lautan Teduh, Dewan Masjid Indonesia, Pusat Perpustakaan Islam Indonesia, LPTQ dan BP 4 Pusat. Masjid juga menyediakan fasilitas untuk kegiatan sosial dan budaya, termasuk ceramah, pameran, seminar, konferensi, bazar dan program-program untuk perempuan, kaum muda dan anak-anak.


FOTO-FOTO
























Sumber:

www.id.wikipedia.org
www.en.wikipedia.org
http://ariesaksono.wordpress.com/200...iqlal-jakarta/
http://orgawam.files.wordpress.com/2...d_istiqlal.jpg

SEJARAH MASJID ISTIQLAL
Pada tahun 1953 beberapa ulama mencetuskan ide untuk mendirikan masjid megah yang akan menjadi kebanggaan warga Jakarta sebagai ibukota dan juga rakyat Indonesia secara keseluruhan. Mereka adalah KH. Wahid Hasyim, Menteri Agama RI pertama, yang melontarkan ide pembangunan masjid itu bersama-sama dengan H. Agus Salim, Anwar Tjokroaminoto dan Ir. Sofwan beserta sekitar 200-an orang tokoh Islam pimpinan KH. Taufiqorrahman. Ide itu kemudian diwujudkan dengan membentuk Yayasan Masjid Istiqlal.
Pada tanggal 7 Desember 1954 didirikan yayasan Masjid Istiqlal yang diketuai oleh H. Tjokroaminoto untuk mewujudkan ide pembangunan masjid nasional tersebut. Gedung Deca Park di Lapangan Merdeka (kini Jalan Medan Merdeka Utara di Taman Museum Nasional), menjadi saksi bisu atas dibentuknya Yayasan Masjid Istiqlal. Nama Istiqlal diambil dari bahasa Arab yang berarti Merdeka sebagai simbol dari rasa syukur bangsa Indonesia atas kemerdekaan yang diberikan oleh Allah SAW. Presiden pertama RI Soekarno menyambut baik ide tersebut dan mendukung berdirinya yayasan masjid Istiqlal dan kemudian membentuk Panitia Pembangunan Masjid Istiqlal (PPMI).
Penentuan Lokasi Masjid Istiqlal
Penentuan lokasi masjid sempat menimbulkan perdebatan antara Bung Karno dan Bung Hatta yang pada saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden RI. Bung Karno mengusulkan lokasi di atas bekas benteng Belanda Frederick Hendrik dengan Taman Wilhelmina yang dibangun oleh Gubernur Jenderal Van Den Bosch pada tahun 1834 yang terletak di antara Jalan Perwira, Jalan Lapangan Banteng, Jalan Katedral dan Jalan Veteran. Sementara Bung Hatta mengusulkan lokasi pembangunan masjid terletak di tengah-tengah umatnya yaitu di Jalan Thamrin yang pada saat itu disekitarnya banyak dikelilingi kampung, selain itu ia juga menganggap pembongkaran benteng Belanda tersebut akan memakan dana yang tidak sedikit. Namun akhirnya Presiden Soekarno memutuskan untuk membangun di lahan bekas benteng Belanda, karena di seberangnya telah berdiri gereja Kathedral dengan tujuan untuk memperlihatkan kerukunan dan keharmonisan kehidupan beragama di Indonesia.
Sayembara Desain Masjid Istiqlal
Setahun sebelumnya, Ir. Soekarno menyanggupi untuk membantu pembangunan masjid, bahkan memimpin sendiri penjurian sayembara desain maket masjid. Setelah melalui beberapa kali sidang, di Istana Negara dan Istana Bogor, dewan juri yang terdiri dari Prof.Ir. Rooseno, Ir.H. Djuanda, Prof.Ir. Suwardi, Hamka, H. Abubakar Aceh, dan Oemar Husein Amin.
Pada tahun 1955 Panitia Pembangunan Masjid Istiqlal mengadakan sayembara rancangan gambar atau arsitektur masjid Istiqlal yang jurinya diketuai oleh Presiden Soekarno dengan hadiah berupa uang sebesar Rp. 75.000; serta emas murni seberat 75 gram. Sebanyak 27 peserta mengikuti sayembara, namun dari seluruh peserta hanya 5 peserta yang memenuhi syarat:
1. F. Silaban dengan rancangannya “Ketuhanan”
2. R. Oetoyo dengan rancangannya “Istighfar”
3. Hans Groenewegen dengan rancangannya “Salam”
4. Mahasiswa ITB (5 orang) rancangannya “Ilham 5”
5. Mahasiswa ITB (3 orang) rancangannya “Chatulistiwa”
Setelah proses penjurian yang panjang dengan mempelajari rancangan arsitektur beserta makna yang terkandung didalamnya berdasarkan gagasan para peserta maka akhirnya pada 5 Juli 1955 atas perintah Presiden Soekarno memutuskan desain rancangan dengan judul “Ketuhanan” karya Frederich Silaban dipilih sebagai pemenang sebagai model dari Masjid Istiqlal.
Sang Arsitek Masjid Beragama Kristen
Frederich Silaban adalah seorang arsitek beragama Kristen kelahiran Bonandolok Sumatera, 16 Desember 1912, anak dari pasangan suami istri Jonas Silaban Nariaboru. Ia adalah salah satu lulusan terbaik dari Academie van Bouwkunst Amsterdam tahun 1950. selain membuat desain masjid Istiqlal ia juga merancang kompleks Gelanggang Olahraga Senayan.
Untuk menyempurnakan rancangan masjid Istiqlal F. Silaban mempelajari tata cara dan aturan orang muslim melaksanakan shalat dan berdoa selama kurang lebih 3 bulan dan selain itu ia juga mempelajari banyak pustaka mengenai masjid-masjid di dunia.
Awal Pembangunan Masjid Istiqlal
Pada sekitar tahun 1950 hingga akhir tahun 1960-an Taman Wilhelmina di depan Lapangan Banteng dikenal sepi, gelap, kotor dan tak terurus. Tembok-tembok bekas bangunan benteng Frederik Hendrik di taman dipenuhi lumut dan rumput ilalang dimana-mana. Kemudian tahun 1960, di tempat yang sama, ribuan orang yang berasal dari berbagai kalangan masyarakat biasa, pegawai negeri, swasta, alim ulama dan ABRI bekerja bakti membersihkan taman tak terurus di bekas benteng penjajah itu.
Setahun kemudian, tepatnya 24 Agustus 1961, masih dalam bulan yang sama perayaan kemerdekaan RI, menjadi tanggal yang paling bersejarah bagi umat muslimin di Jakarta khususnya, dan Indonesia umumnya. Untuk pertama kalinya, di bekas taman itu, kota Jakarta memiliki sebuah masjid besar. Sebuah masjid yang dimaksudkan sebagai simbol kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Padanan katanya dalam bahasa Arab berarti merdeka dan disepakati diberi nama Istiqlal sehingga jadilah, Masjid Istiqlal namanya.
Tanggal yang bertepatan dengan peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW itu, dipilih sebagai momen pemancangan tiang pertama oleh Presiden pertama RI, Ir. Soekarno yang ketika itu langsung bertindak sebagai Kepala Bidang Teknik.
Proses Panjang Pembangunan Masjid Istiqlal
Seiring dengan iklim politik dalam negeri yang cukup memanas, proyek ambisius itu tersendat-sendat pembangunannya, karena berbarengan dengan pembangunan monumen lain seperti Gelora Senayan, Monumen Nasional, dan berbagai proyek mercu suar lainnya. Hingga pertengahan tahun ’60-an proyek Masjid Istiqlal terganggu penyelesaiannya. Puncaknya ketika meletus peristiwa G 30 S/PKI tahun ’65-’66, pembangunan Masjid Istiqlal bahkan terhenti sama sekali.
Barulah ketika Himpunan Seniman Budayawan Islam memperingati miladnya yang ke-20, sejumlah tokoh, ulama dan pejabat negara tergugah untuk melanjutkan pembangunan Masjid Istiqlal. Dipelopori oleh Menteri Agama KH. M. Dahlan upaya penggalangan dana mewujudkan fisik masjid digencarkan kembali. Presiden Soekarno, yang pamornya di mata masyarakat mulai luntur, kedudukannya dalam kepengurusan diganti oleh KH. Idham Chalied yang bertindak sebagai koordinator panitia nasional Masjid Istiqlal yang baru. Lewat kepengurusan yang baru, masjid dengan arsitektur bergaya modern itu selesai juga pembangunannya.
Semula pembangunan masjid direncanakn akan memakan waktu selama 45 tahun namun dalam pelaksanaannya ternyata jauh lebih cepat. Bangunan utama dapat selesai dalam waktu 6 tahun tepatnya pada tanggal 31 Agustus 1967 sudah dapat digunakan yang ditandai dengan berkumandangnya adzan Maghrib yang pertama.
Secara keseluruhan pembangunan masjid Istiqlal diselesaikan dalam kurun waktu 17 tahun. Peresmiannya dilakukan oleh presiden Soeharto pada tanggal 22 Februari 1978. Kurun waktu pembangunannya telah melewati dua periode masa kepemimpinan yaitu Orde Lama dan Orde Baru. Pendanaan pembangunan masjid ini pada masa Orde Lama direalisasikan melalui proyek Mandataris sementara pada masa Orde Baru menjadi bagian dari Proyek RePelita (Rencana Pembagunan Lima Tahun). Kini masjid Istiqlal berdiri megah di Ibukota Jakarta dan menjadi kebanggaan seluruh masyarakat Indonesia.


BANGUNAN MASJID ISTIQLAL DAN SPESIFIKASINYA

Masjid Istiqlal dari kejauhan (arie saksono)
Masjid Istiqlal menerapkan prinsip minimalis. Secara umum masjid Istiqlal terdiri dari gedung induk, gedung pendahulu dan emper sampingnya, teras raksasa, dan emper keliling serta menara. Ruang-ruang terbuka atau plaza di kiri-kanan bangunan utama dengan tiang-tiang lebar di antaranya, dimaksudkan oleh perancangnya untuk memudahkan sirkulasi udara dan penerangan yang alami serta mendatangkan kesejukan hati bagi para jamaah yang beribadah.
Spesifikasi Masjid Istiqal:
Luas tanah 12 ha
Luas bangunan 7 ha
Luas lantai 72.000 m2
Luas atap 21.000 m2
Dalam pembangunan masjid ini dibutuhkan:
Semen 78.000 zak dari Gresik
Baja 337 ton
Marmer 93.000 m2
Keramik 11.400 m2
Aspal 21.500 m2

BAGIAN-BAGIAN BANGUNAN MASJID ISTIQLAL
A. Gedung Induk
TINGGI : 60 meter, 5 tingkat symbol shalat 5 waktu
PANJANG : 100 meter
LEBAR : 100 meter
Tiang pancang : 2.361 buah
Bangunan utama ini adalah gedung utama dimana tempat ini dapat menampung 100.000. jemaah pada waktu shalat Idul Fitri dan Idul Adha.

KUBAH BESAR dengan diameter 45 meter terbuat dari kerangka baja stainless steel dari Jerman Barat dengan berat 86 ton sementara bagian luarnya dilapisi dengan keramik. Diameter 45 meter merupakan simbol penghormatan dan rasa syukur atas kemerdekaan sesuai dengan nama Istiqlal itu sendiri.
Bagian bawah sekeliling kubah terdapat kaligrafi Surat Yassin yang dibuat oleh K.H Fa’iz. >Updated informasi: Bagian dalam di bawah sekeliling kubah terdapat kaligrafi Surat Alfateha, Surat Thaha ayat 14, Ayat Kursi, dan Surat Al Ikhlas.
Dari luar atap bagian atas kubah dipasang penangkal petir berbentuk lambang Bulan dan Bintang yang terbuat dari stainless steel dengan diameter 3 meter dan berat 2,5 ton
Dari dalam kubah di topang oleh 12 pilar berdiameter 2,6 meter dengan tinggi 12 meter, angka ini merupakan simbol angka kelahiran nabi Muhammad SAW yaitu 12 Rabiul Awal.
Seluruh bagian di gedung utama ini dilapisi marmer yang didatangkan langsung dari Tulungagung seluas 36.980 m2.
Lantainya ditutupi karpet merah sumbangan dari pemerintah Kerajaan Arab.
B. Gedung Pendahulu dan Emper Samping
Tinggi : 52 meter
Panjang : 33 meterLebar : 27 meter
Bagian memiliki lima lantai yang terletak di belakang gedung utama yang diapit 2 sayap teras. Luas lantainya 36.980 m2 dengan dilapisi 17.300 m2. jumlah tiang pancangnya sebanyak 1800 buah. Di atas gedung ini ada sebuah kubah kecil. Fungsi utama dari gedung ini setiap jamaah dapat menuju gedung utama secara langsung. Selain itu juga bisa dimanfaatkan sebagai tempat perluasan shalat bila gedung utama penuh.
C. Teras Raksasa
Teras raksasa terbuka seluas 29.800 m2 terletak di sebelah kiri belakang gedung induk. Teras ini dibuat untuk menampung jamaah pada saat shalat Idul Fitri dan Idul Adha. Arah poros teras ini mengarah ke Monument Nasional menandakan masjid ini adalah masjid nasional. Selain itu teras ini juga berfungsi sebagai tempat acara-acara keagamaan seperti MTQ dan pada emper tengah dahulu biasa digunakan untuk manasik (latihan) haji.
D. Emper Keliling
Emper ini mengelilingi teras raksasa dan emper tengah yang sekelilingya terdapat 1800 pilar guna menopang bangunan emper.
Panjang : 165 meter
Lebar : 125 meter
>BEDUG RAKSASA
Di sudut sebelah tenggara terdapat bedug raksasa yang berfungsi sebagai alat pertanda waktu shalat. Bedug merupakan salah satu ciri ke-Islaman Indonesia dimana hanya terdapat di masjid-masjid Indonesia.

Bedug Raksasa Masjid Istiqlal (foto: arie saksono)
Bedug ini terbuat dari kayu meranti dari Kalimantan Timur yang konon berumur 300 tahun. Garis tengah/ diameter depan adalah 2 meter sedangkan diameter belakang adalah 1,71 meter. Sementara panjang keseluruhan adalah 3 meter dengan berat total 2,3 ton.
Kulit pada bedug adalah kulit sapi. Dibutuhkan 2 lembar kulit sapi dari 2 ekor sapi dewasa. Bagian depan adalah kulit sapi jantan sedangkan bagian belakang adalah kulit sapi betina. Untuk menempelkan kulit ini dibutuhkan 90 paku yang terbuat dari kayu Sonokeling yang pembuatannya membutuhkan waktu 60 hari di Jepara Jawa Tengah.
Kaki penopang bedug disebut Jagrag setinggi 3,8 meter pada kakinya terdapat tulisan Allah dalam segilima yang melambangkan rukun Islam dan waktu shalat. Di sisi lain terdapat tulisan “Bismillahirrahmanirrahim”. Pada ke-empat sisi kakinya terdapat tulisan dua kalimat syahadat. Pada bagian Jagrag keseluruhan ada 27 buah kaligrafi ukiran SuryaSangkala (tahun matahari) yang merupakan pengaruh kebudayaan Hindu sementara pada bagian atas ada ornament ukiran menyerupai naga yang merupakan pengaruh Budha. Sehingga secara keseluruhan bedug ini merupakan wujud dari akulturasi islam dengan berbagai kebudayaan lainnya yang ada di Indonesia.
E. Menara / Minaret
TINGGI : 6666 centimeter = 66,66 meter
DIAMETER : 5 meter
Bangunan menara meruncing ke atas ini berfungsi sebagai tempat Muadzin mengumandangkan Azan. Di atasnya terdapat banyak pengeras suara yang dapat menyuarakan azan ke kawasan sekitar masjid.
Puncak menara yang meruncing dirancang berlubang-lubang terbuat dari kerangka baja tipis. Angka 6666 merupakan symbol dari jumlah ayat yang terdapat dalam AL Quran.
F. Halaman dan Air Mancur MASJID ISTIQLAL
Halaman masjid Istiqlal seluas 9,5 hektar. Halaman ini dapat menampung kurang lebih 800 kendaraan sekaligus melalui 7 buah pintu gerbang masuk yang ada. Di halaman masjid terdapat tiga jembatan yang panjangnya sekitar 21 sampai 25 meter.
Di dalam kompleks masjid di sebelah selatan terdapat air mancur yang berada di tengah-tengah kolam seluas ¾ hektar. Air mancur ini dapat memancarkan air setinggi 45 meter.
Halaman masjid Istiqlal dikelilingi pepohonan yang rindang agar suasana masjid terasa sejuk sehingga akan menambah kekhusukan jamaah beribadah di masjid ini.
G. Tempat Wudhu, Air, dan Penerangan
Tempat wudhu terdapat di beberapa lokasi di lantai dasar yaitu di sebelah utara, timur maupun selatan gedung utama. Tempat ini dilengkapi dengan kran khusus sebanyak 660 buah sehingga secara bersamaan 660 orang dapat berwudhu sekaligus.
Sedangkan toilet terdapat juga di lantai dasar sebelah timur di bawah teras raksasa. Toilet ini tersedia untuk 80 orang yang terbagi dua kompleks, untuk pria dan wanita. Selain itu juga terdapat 52 kamar mandi yang dapat dikunci dan beberapa toilet di lantai sebelah selatan 12 buah, barat 12 buah dan timur 28 buah. Keperluan wudhu, kamar mandi dan toilet ini dipasok sebanyak 600 liter setiap hari per menit dari PAM.
Penerangan masjid Istiqlal menggunakan listrik dari PLN, selain itu juga menggunakan 3 generator berkekuatan masing-masing 110 kva dan sebuah generator besar 500 kva. Pendingin ruangan hanya digunakan bagi ruangan-ruangan kantor di lantai bawah dengan menggunakan sistem kontrol terpusat.
H. Lantai Dasar.
Lantai dasar masjid ini luasnya 2,5 ha dahulu dibiarkan kosong dan hanya digunakan dalam keadaan darurat untuk menampung masyarakat DKI Jakarta bila dalam keadaan bahaya. Namun sejak tahun 1978 atas perintah Presiden Soeharto lantai ini digunakan untuk kantor organisasi keagamaan. Sekarang, masjid ini semarak dengan berbagai aktivitas umat muslim dan organisasi islam di dalamnya. Ada MUI, Dewan Masjid Asia dan Lautan Teduh, Dewan Masjid Indonesia, Pusat Perpustakaan Islam Indonesia, LPTQ dan BP 4 Pusat. Bahkan di atas lahan di sekeliling masjid Istiqlal, sebagian dipergunakan untuk kegiatan ekonomi, warung makan, cenderamata, dan terutama setiap hari Jum’at ramai dipenuhi pedagang dan pembeli sehabis menunaikan shalat Jum’at, yang dikenal dengan pasar Jum’atan.
(Disusun dari berbagai sumber)
©2008 arie saksono

© teteh - Template by Blogger Sablonlari - Header image by Deviantart